Latar Belakang
Pendidikan adalah fenomena yang fundamental atau
asasi dalam
kehidupan manusia. Menurut Driyarkara (Dwi Siswoyo dkk, 2011) dimana ada kehidupan manusia, di
situ pasti ada pendidikan. Pendidikan sebagai gejala yang universal, merupakan
suatu keharusan bagi manusia, karena di
samping
pendidikan sebagai gejala sekaligus juga sebagai upaya memanusiakan manusia itu
sendiri.
Dengan adanya perkembangan kebudayaan manusia, maka timbul tuntutan akan adanya pendidikan yang
terselenggara lebih baik, lebih teratur dan didasarkan atas pemikiran yang
matang. Seluruh komponen pendidikan harus
jelas, secara terpadu saling berinteraksi
dalam suatu rangkaian keseluruhan kesatuan mencapai tujuan. Adapun
komponen-komponen pendidikan tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Tujuan
pendidikan
2. Peserta
didik
3. Pendidik
4. Isi
pendidikan
5. Metode
pendidikan
6. Alat
pendidikan
7. Lingkungan
pendidikan
Proses
belajar mengajar merupakan proses timbal balik antara pendidik dengan peserta
didik. Pada abad modern ini, pandangan mengenai mengenai peserta didik adalah
sebagai subyek atau persona, yakni makhluk yang memiliki pribadi. Peserta didik tidak lagi dipandang sebagai obyek yang non-pribadi sebagaimana pandangan para
ahli pada abad pertengahan. Peserta didik adalah subyek otonom, memiliki motivasi, hasrat, ambisi,
ekspresi, cita-cita, mampu merasakan kesedihan, bisa senang dan bisa marah, dan
sebagainya. Jadi
sudah selayaknya jika pendidik
(guru) harus mampu memahami peserta didik, bukan memandang peserta didik
sebagai objek saja namun memandang mereka sebagai pribadi yang ingin
mengembangkan diri (mendidik diri) secara terus menerus agar bisa memecahkan
masalah-masalah hidup yang dijumpai sepanjang hidupnya.
Pendidikan
harusnya mampu memandang bahwa peserta didik memiliki potensi fisik dan psikhis
yang khas, dimana potensi-potensi yang mereka miliki ingin dikembangkan dan
diaktualisasikan. Guru
harus memfasilitasi setiap potensi yang dimiliki oleh siswa agar dapat
dikembangkan dan diaktualisasikan dengan sebaik mungkin oleh diri mereka
sendiri. Peran guru sebagai fasilitator dan motivator perlu dimaksimalkan. Guru
bukanlah sebagai sumber utama dan satu-satunya sumber bagi siswa dalam
memperoleh ilmu pengetahuan, karena pada dasarnya peserta didik memiliki
kemampuan untuk mandiri, karena pada dasarnya siswa memiliki kemampuan untuk memerdekakan
diri mereka sendiri. Guru
jangan selalu mendikte setiap kegiatan
atau proses eksplorasi yang dilakukan
oleh peserta didik selama apa
yang dilakukan siswa adalah proses yang benar dan tidak
melanggar aturan-aturan atau kaidah tata nilai yang ada.
Selama ini, proses pembelajaran yang berlangsung dalam dunia
pendidikan belum memandirikan dan mengaktifkan siswa
secara penuh. Bahkan bisa
dikatakan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan belum bermakna bagi siswa. Banyak
guru yang masih memandang siswa hanya sebagai objek pendidikan saja, tidak
memperhatikan hakikat peserta didik yang memiliki potensi untuk dikembangkan.
Guru juga kurang memperhatikan perbedaan individual pada diri peserta didik.
Mereka kurang menyadari bahwa antara siswa yang satu dengan siswa yang lain itu
berbeda, tidak dapat disamakan antara yang satu dengan yang lainnya. Guru menyampaikan materi
pelajaran masih cenderung
verbalisme dan konvensional dengan metode dan media yang sama dalam setiap
pertemuan. Bahkan guru
jarang menggunakan media pembelajaran.
Begitupun dalam pembelajaran tentang denah, yang dalam
kurikulum KTSP sekarang ini ada dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPS.
Dalam pembelajaran tentang materi denah, tidak ada media lain yang disediakan
dan digunakan guru atau siswa selain buku atau LKS. Dengan
demikian peserta didik menjadi jenuh dan bosan dengan proses pembelajaran tentang denah ini. Akhirnya pembelajaran pun hanya sekedar formalitas
pendidikan semata, tanpa ada hasil yang memuaskan. Sebagian
siswa menganggap kegiatan pembelajaran di kelas sebagai beban atau hanya
semata-mata kewajiban yang harus mereka kerjakan sebagai wujud patuh terhadap
orang tua. Di
sekolah, mereka tidak mengerti apa yang telah mereka pelajari, apa yang harus mereka
maknai, dan apa yang mereka peroleh
sepulang dari sekolah. Peserta didik tidak menemukan kesadaran secara penuh akan
kedudukannya sebagai seorang siswa yang harus menuntut ilmu guna masa depannya.
Saat mengerjakan soal atau tugas dari sekolah mereka lakukan dengan setengah
hati bahkan ada yang harus dipaksa
terlebih dahulu agar mau mengerjakannya.
Peristiwa yang menonjol adalah siswa kurang
berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, kurang mempunyai inisiatif
dan kontribusi baik secara intelektual maupun emosional. Selain itu siswa juga
jarang mengemukakan pendapat, mereka kurang kritis dan terlalu pasif dalam
menanggapi suatu materi yang disampaikan oleh guru. Jika ditanya apakah mereka
ingin mengajukan pertanyaan, jawaban mereka selalu saja tidak atau diam saja. Diam yang mereka lakukan bermakna
ganda, ada yang diam karena memang benar-benar sudah jelas dan ada juga yang
diam karena dia tidak tahu apa yang harus ia tanyakan dan apa yang ia pahami.
Hal yang demikian tentunya mempengaruhi prestasi belajar dari siswa tersebut.
Sebagaimana
tersebut di atas, bahwa keberhasilan pembelajaran, termasuk pembelajaran
tentang materi denah, dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
media. Peran media dalam pembelajaran adalah sangat penting. Gagne (Haryanto
dkk, 2003) mengatakan bahwa media merupakan berbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar. Sedangkan Haryanto dkk
berpendapat bahwa(2003) media pem,belajaran adalah sarana pembelajaran yang
digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk mempertinggi
efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini sejalan
dengan pendapat Hamalik (1994) yang menyatakan bahwa dengan penggunaan alat
bantu berupa media komunikasi, hubungan komunikasi akan dapat berjalan dengan
lancar dan dengan hasil yang maksimal. Bruner (Suprihadi
Saputro, dkk. 2000)
mengungkapkan bahwa ada tiga tingkatan utama modus belajar, yaitu enactive, iconic, dan symbolic. Dalam proses pembelajaran,
guru hendaknya mengusahakan variasi aktivitas yang melibatkan semua alat
indera. Semakin banyak alat indera yang terlibat untuk menerima dan mengolah
informasi isi pembelajaran, semakin besar kemungkinan isi pembelajaran dapat
dimengerti dan dipertahankan dalam ingatan siswa.
Untuk
menghadapi permasalahan yang demikian, guru harus mampu membelajarkan setiap
materi pelajaran dengan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran yang
menggunakan berbagai sumber pembelajaran dan tidak sekedar menyampaikan
informasi kepada siswa. Mengkreasikan pembelajaran agar menjadi bermakna bagi
siswa, menuntut siswa agar selalu aktif dalam pembelajaran, dan tidak
membiarkan siswa bermalas-malasan dalam mengikuti pembelajaran. Abruscato dan
DeRosa (2010:43) menyatakan bahwa,
You should understand
that the point of your science experiences with children is to foster discovery
learning. ... You must also be firm in your conviction that discovery learning
does not happen by accident. It must be clearly guided by you. Agar
siswa terlibat aktif dalam pembelajaran,
siswa perlu memiliki
sikap positif terhadap unsur-unsur yang membangun proses pembelajaran, baik
proses maupun isi (Martin et.al.,2005:12). Oleh
karena itu guru harus mampu membangun sikap positif siswa terhadap pembelajaran
yang dilakukan, yang salah satunya yaitu dengan menyediakan media pembelajaran
yang dapat mengaktifkan siswa sekaligus memaknakan belajar siswa serta
menyenangkan.
Berdasarkan
uraian di atas, maka perlu adanya media pembelajaran yang dapat merangsang
keaktifan siswa dan menyampaikan ilmu pengetahuan dan keterampilan siswa
terhadap materi pelajaran yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, kami
berupaya untuk menginovasi sebuah media pembelajaran yang berbasis lingkungan yang dikemas dalam bentuk permainan.
Media
ini kami beri nama “ MEDIA
DENAH CERIA”. Dengan media ini
keaktivan
dan motivasi siswa untuk belajar tentang denah dapat dibangun. Siswa
tertarik untuk belajar denah karena belajar dilakukan sambil bermain.
Akhirnya kami berharap dengan media ini kami harapkan dapat mengatasi
berbagai bentuk permasalahan yang banyak dijumpai di sekolah-sekolah berkenaan
dengan pembelajaran tentang
materi denah di kelas, khususnya tentang medianya.
B.
Landasan Teori
Pendidikan merupakan bagian integral dalam
pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses
pembangunan. Pembangunan yang diarahkan
dan bertujuan untuk mengembangkan sumberdaya manusia yang berkualitas tidak
bisa dilepaskan dari pendidikan, karena untuk membentuk manusia yang berkualitas
diperlukan pendidikan yang berkualitas juga. Oleh karena itu, pendidikan selalu
mengalami perubahan dari waktu ke waktu, baik perubahan dari kurikulumnya,
strategi dan model pendidikan, atau metode pendidikannya.
Udin Syaefudin Sa’ud (2009: 12) mengatakan bahwa
timbulnya inovasi di dalam dunia pendidikan disebabkan oleh adanya persoalan
dan tantangan yang perlu dipecahkan dengan pemikiran baru yang mendalam dan
progresif. Inovasi pendidikan merupakan upaya dasar untuk memperbaiki
aspek-aspek pendidikan agar lebih efektif dan efisien.
Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang penting. Mengajar
adalah proses membimbing kegiatan belajar, dan kegiatan mengajar hanya bermakna
bila terjadi kegiatan belajar siswa. Oleh karena itu, adalah penting
sekali bagi setiap guru memahami
sebaik-baiknya tentang proses belajar siswa, agar ia dapat memberikan bimbingan
dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa (Oemar
Hamalik, 2008).
Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar
adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku
tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) ,
keterampilan (psikomotor), maupun yang menyangkut tentang nilai dan sikap
(afektif) sebagai akibat interaksi dengan lingkungannya. Belajar bisa terjadi
secara langsung, yaitu siswa belajar dari orang yang mengajar (guru,
instruktur) dan bisa terjadi secara tidak langsung, yaitu siswa belajar dari
media atau sumber belajar lain selain gurunya.
Pembelajaran di kelas dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Dalam pembelajaran mengimplisitkan adanya dimensi proses yang terdiri
dari beberapa aspek seperti tahap-tahap pembelajaran, pendekatan, strategi,
taktik, metode, teknik, dan prosedur pembelajaran (
Suprihadi Saputro, dkk, 2000). Suatu metode pembelajaran tidak bisa dipisahkan
dengan media. Penerapan suatu metode akan menentukan jenis media apa yang akan
digunakan dalam pembelajaran. Media sebagai alat bantu yang digunakan dalam
penerapan metode. Oleh karena itu peran media dalam suatu pembelajaran juga
tidak kalah penting dengan peran hal lain yang menyangkut pembelajaran.Media pembelajaran sebagai salah satu penentu keberhasilan pembelajaran.
Media, berasal
dari bahasa Latin, yaitu medium yang artinya perantara. Pemanfaatan media dalam
pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, meningkatkan
motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan berpengaruh secara
psikologis kepada siswa (Hamalik, 1986).
Banyak jenis media yang bisa digunakan oleh siswa
untuk pembelajaran. Dari media nyata benda asli, maupun media tiruan. Dari
jenis media audio, visual, maupun multi media. Cara penggunaannya ada yang
dengan cara siswa ke luar kelas, atau dengan cara membawa media tersebut ke
kelas. Tidak selamanya media pembelajaran bisa digunakan siswa di dalam kelas
dan tidak selamanya siswa bisa ke luar kelas untuk menggunakan media. Namun
seorang guru harus tetap berupaya agar siswa bisa menggunakan media, mengingat
peran media yang begitu besar dalam keberhasilan belajar siswanya. Di sinilah peran media rancangan diperlukan.
Media rancangan dibuat untuk mengantisipasi jika dalam pembelajaran siswa atau
guru sulit menyedikan media asli karena faktor waktu, tempat, atau faktor
ukuran media.
Di SD, ada materi pembelajarn tentang denah. Dalam
kurikulum KTSP disebutkan bahwa materi tentang denah menjadi materi pelajaran
baik pada kelas rendah maupun kelas tinggi. Sebagai contoh pada pembelajaran
bahasa Indonesia kelas IV semester 1 dan pembelajaran bahasa Inggris kelas 6.
Dalam pembelajaran materi tentang denah suatu lokasi atau tempat di SD, selama ini hanya menggunakan media visual dua
dimensi berupa gambar denah. Guru jarang membawa siswa ke objek nyata, karena
faktor waktu dan biaya, atau lainnya. Pembelajaran seperti ini cenderung
membosankan siswa ketika belajar denah suatu tempat, bahkan membingungkan
karena penyampaian materi denah yang cenderuing verbalisme. Oleh karena itu,
rancangan suatu media denah yang inovatif perlu diusahakan. Hal ini agar
pembelajaran tentang denah tidak hanya monoton, selamanya berupa gambar yang
sudah cukup membosankan siswa.
C.
Relevansi
Dari landasan
teori yang sudah diuraikan diatas, maka teori tersebut dapat mendukung
rancangan inovasi yang akan kami buat, yaitu media pembelajaran. Sedangkan
rancangan inovasi akan dijelaskan pada bagian berikut.
D. Rancangan Media
1.
Pengertian
Media
Media denah inovasi yang kami beri nama “Denah
Ceria” adalah
sebuah media
pembelajaran berupa alat peraga
denah yang
berbentuk permainan. Media
denah ini digunakan pada pembelajaran baik tematik maupun mata pelajaran, yang
membahas tentang denah. Media ini berfungsi sebagai penyampai isi pembelajaran,
yaitu penjelasan tentang suatu denah tempat atau lokasi sekaligus sebagai ajang
bermain siswa. Keaktifan siswa tidak hanya dalam bermain, tapi juga dalam
berpikir untuk mengkonstruk pengetahuan sebagai isi informasi pembelajaran, yakni
memahami
lokasi suatu tempat. Siswa
juga termotivasi untuk belajar, karena belajar dilakukan dengan bermain.
Dengan demikian, dalam
pembelajaran, siswa tidak hanya dioptimalkan pada aspek kognitif saja, namun
siswa juga dioptimalkan dalam aspek afektif dan psikomotor.
Media
denah ini terbuat dari bahan utama kertas karton untuk membuat alas denah dan
bangunan rumah-rumah serta bahan tambahan lain seperti kertas warna-warni,
mobil-mobilan kecil, magnet untuk menggerakkan mobil, bohlam lampu untuk hiasan
taman, kabel serta baterai untuk menyalakan lampu, lem, spidol untuk memberi
nama-nama tempat dan jalan, dan lainnya. Denah yang dibuat berupa replika atau diorama
suatu tempat atau lokasi, dimana pada denah tersebut terdapat beberapa nama
jalan, nama tempat-tempat umum seperti sekolah dan rumah sakit, perkantoran,
atau rumah-rumah penduduk. Pencarian
suatu tempat dengan menggerakkan mobil-mobilan menggunakan magnet, sehingga
tampak mobil berjalan sendiri mencari tempat yang dituju.
Penggunaan media “ Denah Ceria” ini dapat
diterapkan dalam pembelajaran tematik. Misalnya, dalam mata pelajaran IPS dapat mengaitkan materi
denah, dalam mata pelajaran IPA dikaitkan
dengan materi lingkungan biotik dan abiotik maupun magnet dalam mata pelajaran matematika dapat dikaitkan
materi macam-macam bangun datar, dsb. Guru juga dapat membuat/merancang media
tersebut sendiri dengan mudah yang disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran di
kelsnya, karena bahan yang mudah didapat dan cara pembuatannya yang sederhana.
2. Tujuan
a. Meningkatkan
keaktifan siswa dalam pembelajaran.
b. Meningkatkan keterampilan siswa
tentang denah.
c. Mendorong
siswa untuk berfikir kritis.
d. Menciptakan belajar yang
bermakna dan menyenangkan.
e.
Menambah media dalam pembelajaran tematik.
f.
Mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor dalam pembelajaran.
3. Kelebihan
dan kekurangan
a.
Kelebihan
1) Mendorong
siswa aktif dalam belajar
2) Siswa
lebih mudah memahami materi
3) Meningkatkan motivasi belajar
4) Meningkatkan
keterampilan
berpikir siswa
5) Pembelajaran lebih
bermakna
6)
Meningkatkan aspek afektif dan psikomotor siswa
b.
Kekurangan
1) Membutuhkan
waktu yang lebih lama
untuk menyiapkannya
2)Membutuhkan
lebih banyak biaya untuk membuatnya
3) Menuntut
perawatan
dalam penggunaan
4. Cara penggunaan
a. Bisa oleh guru
atau siswa secara individu maupun kelompok.
b. Guru
menentukan nama-nama tempat,
misalnya rumah sakit, sekolah, kantor pos atau lainnya, sesuai kebutuhan materi
pembelajaran. Lalu menentukan juga nama-nama jalan dengan
menempelkan plakat pada alas
denah.
c. Guru
atau siswa lalu memperagakan
pencarian lokasi suatu tempat (rumah, sekolah, kantor pos, bank, dll) dengan
menjalankan mobil menggunakan magnet, lalu menyebutkan atau menunjukkan dan
menjelaskan lokasi tempat
tersebut.
E. Langkah-Langkah
Desiminasi
1.
Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang fungsi
media “ Denah Ceria “
2.
Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai cara
penggunaan media “ Denah Ceria “.
3.
Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok.
4.
Dua kelompok maju secara berpasangan kemudian satu
kelompok bertugas untuk membuat soal, lalu kelompok yang satu bertugas untuk
menjawab soal tentang lokasi suatu tempat. Langkah ini dilaksanakan secara bergantian sehingga semua
kelompok mendapatkan kesempatan untuk
praktek
menemukan suatu tempat pada denah.
F. Hasil
Setelah dilaksanakan desiminasi di sekolah dengan
menggunakan media “ Denah Ceria” yang berupa denah
bentuk tiga dimensi anak
tertarik untuk menggunakan media Denah Ceria. Desiminasi
dilaksanakan dengan materi pelajaran bahasa Inggris kelas 6 dengan materi
pembelajaran “Location”.
Secara
berkelompok siswa bertukar soal pertanyaan tentang “Location” misalnya dengan
memberi pertanyaan where is the bank? Dan
kelompok lain menjawab dengan memperagakan mencari lokasi bank dengan
menjalankan mobil ke arah bank, sambil menjelaskannya.
Selama
proses desiminasi, siswa dan guru lain menanggapi dengan positif dan antusias
terhadap rancangan media inovasi Denah Ceria ini. Dengan adanya media “ Denah Ceria “ kegiatan
pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa bisa secara langsung
mempraktekkan sendiri mencari suatu lokasi. Siswa juga lebih mudash untuk
menjelaskan letask lokasi suatu tempat. Dengan mempraktekkan secara langsung siswa menjadi
lebih aktif dan termotivasi untuk belajar tentang denah,
yang selama ini cenderung membosankan dan membuat kesulitan karena hanya
menggunakan media gambar dua dimensi dengan penjelasan guru yang verbalisme.
Dengan
demikian pembelajaran tidak sekedar dalam aspek kognitif saja,tetapi
menyangkut aspek afektif dan psikomotor
siswa. Dari aspek kognitif, siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan.
Sedangkan dari segi afektif, siswa dapat membudayakan antri dan bersabar dalam
menggunakan media secara bergantian dengan siswa lain. Dari segi psikomotorik,
siswa dapat menggerakan anggota tubuh serta pikiran dalam menggunakan media
tersebut. Dengan digunakannya media tersebut, siswa berpartisipasi aktif dalam
kegiatan pembelajaran, mempunyai inisiatif dan kontribusi baik secara
intelektual maupun emosional. Selain itu siswa berani mengemukakan pendapat,
mereka kritis dan aktif dalam menanggapi suatu materi yang disampaikan oleh
guru. Pada waktu mempraktekan media “Denah Ceria“ di MI Al Fatah Desa Tirip Kecamatan Wadaslintang
Kabupaten Wonosobo Provinsi Jawa Tengah, guru merasa tertarik pada media tersebut. Guru
memberikan respon yang positif dan membangun terhadap penggunaan dan bahan
media yang digynakan. Dengan demikian,
media “Denah Ceria“ layak digunakan di SD namun perlu adanya
pengembangan lebih lanjut.
Disamping
itu, desiminasi juga dilaksanakan di blog website, jejaring sosial, facebook,
twitter, blackberry massanger, sosialisasi ke mahasiswa, sekolah lain. Hal ini
dilakukan agar media “Denah Ceria” dapat dikenal dan bermanfaat dalam dunia
pendidikan khususnya pada pembelajaran materi tentang denah di Sekolah Dasar.
G. Penutup dan Kesimpulan
Inovasi pendidikan merupakan upaya dasar untuk
memperbaiki aspek-aspek pendidikan agar lebih efektif dan efisien. Media
sebagai alat bantu yang digunakan dalam penerapan metode memiliki peran yang
tidak kalah penting sebagai salah
satu penentu keberhasilan pembelajaran.
Tidak selamanya media pembelajaran bisa digunakan
siswa di dalam kelas dan tidak selamanya siswa bisa ke luar kelas untuk
menggunakan media. Namun seorang guru harus tetap berupaya agar siswa bisa
menggunakan media, mengingat peran media yang begitu besar dalam keberhasilan
belajar siswanya.
Oleh karena itu media rancangan diperlukan. Media
rancangan dibuat untuk mengantisipasi jika dalam pembelajaran siswa atau guru
sulit menyedikan media asli karena faktor waktu, tempat, atau faktor ukuran
media.
Dalam pembelajaran materi tentang denah suatu lokasi
atau tempat di SD, selama ini hanya
menggunakan media visual dua dimensi berupa gambar denah. Pembelajaran seperti
ini cenderung membosankan siswa ketika belajar denah suatu tempat, bahkan
membingungkan karena penyampaian materi denah yang cenderuing verbalisme. Inovasi “Denah Ceria” yang
berupa alat peraga
denah yang
berbentuk permainan
dapat sebagai solusi terhadap
permasalahan media denah ini. Media
Denah
Ceria disamping berfungsi
sebagai penyampai isi pembelajaran, yaitu penjelasan tentang
denah
juga sebagai ajang
bermain siswa. Keaktifan siswa tidak hanya dalam bermain, tapi juga dalam
berpikir untuk mengkonstruk pengetahuan sebagai isi informasi pembelajaran, yakni
memahami
lokasi suatu tempat. Siswa
juga termotivasi untuk belajar, karena belajar dilakukan dengan bermain.
Siswa tidak hanya dioptimalkan pada aspek kognitif
saja, namun siswa juga dioptimalkan dalam aspek afektif dan psikomotor.
Ni foto saat desiminasi
DAFTAR PUSTAKA
Arif
S Sadiman dkk, 2009. Media Pendidikan.
Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA
Oemar
Hamalik. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran.
Jakarta: Sinar Grafika
Suprihadi
Saputro, dkk. 2000. Strategi Pembelajaran.
Yogyakarta: Depdiknas UN Malang FIP
Udin
Syaefudin Sa’ud. 2009. Inovasi Pendidikan.
Bandung : Alfabeta
Las Vegas - MapyRO
BalasHapusThe 천안 출장안마 Wynn is home to several 아산 출장안마 notable hotels, including 안성 출장안마 The Mirage, 제천 출장샵 The 김제 출장안마 Venetian, Bellagio, Encore, The Spa, The Cosmopolitan and Encore. The Wynn Casino