Jumat, 21 Desember 2012

MEDIA "DENAH CERIA"


Latar Belakang
Pendidikan adalah fenomena yang fundamental atau asasi dalam kehidupan manusia. Menurut Driyarkara (Dwi Siswoyo dkk, 2011) dimana ada kehidupan manusia, di situ pasti ada pendidikan. Pendidikan sebagai gejala yang universal, merupakan suatu keharusan bagi manusia, karena di samping pendidikan sebagai gejala sekaligus juga sebagai upaya memanusiakan manusia itu sendiri. 
       Dengan adanya perkembangan kebudayaan manusia, maka timbul tuntutan akan adanya pendidikan yang terselenggara lebih baik, lebih teratur dan didasarkan atas pemikiran yang matang. Seluruh komponen pendidikan harus jelas, secara terpadu saling berinteraksi dalam suatu rangkaian keseluruhan kesatuan mencapai tujuan. Adapun komponen-komponen pendidikan tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Tujuan pendidikan
2.      Peserta didik
3.      Pendidik
4.      Isi pendidikan
5.      Metode pendidikan
6.      Alat pendidikan
7.      Lingkungan pendidikan
Proses belajar mengajar merupakan proses timbal balik antara pendidik dengan peserta didik. Pada abad modern ini, pandangan mengenai mengenai peserta didik adalah sebagai subyek atau persona, yakni makhluk yang memiliki pribadi. Peserta didik tidak lagi dipandang sebagai obyek  yang non-pribadi sebagaimana pandangan para ahli pada abad pertengahan. Peserta didik adalah subyek otonom, memiliki motivasi, hasrat, ambisi, ekspresi, cita-cita, mampu merasakan kesedihan, bisa senang dan bisa marah, dan sebagainya. Jadi sudah selayaknya jika pendidik (guru) harus mampu memahami peserta didik, bukan memandang peserta didik sebagai objek saja namun memandang mereka sebagai pribadi yang ingin mengembangkan diri (mendidik diri) secara terus menerus agar bisa memecahkan masalah-masalah hidup yang dijumpai sepanjang hidupnya.
Pendidikan harusnya mampu memandang bahwa peserta didik memiliki potensi fisik dan psikhis yang khas, dimana potensi-potensi yang mereka miliki ingin dikembangkan dan diaktualisasikan. Guru harus memfasilitasi setiap potensi yang dimiliki oleh siswa agar dapat dikembangkan dan diaktualisasikan dengan sebaik mungkin oleh diri mereka sendiri. Peran guru sebagai fasilitator dan motivator perlu dimaksimalkan. Guru bukanlah sebagai sumber utama dan satu-satunya sumber bagi siswa dalam memperoleh ilmu pengetahuan, karena pada dasarnya peserta didik memiliki kemampuan untuk mandiri, karena pada dasarnya siswa memiliki kemampuan untuk memerdekakan diri mereka sendiri. Guru jangan selalu mendikte setiap kegiatan atau proses eksplorasi yang dilakukan oleh peserta didik selama apa yang dilakukan siswa adalah proses yang benar dan tidak melanggar aturan-aturan atau kaidah tata nilai yang ada.
Selama ini, proses pembelajaran yang berlangsung dalam dunia pendidikan belum memandirikan dan mengaktifkan siswa secara penuh. Bahkan bisa dikatakan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan belum bermakna bagi siswa. Banyak guru yang masih memandang siswa hanya sebagai objek pendidikan saja, tidak memperhatikan hakikat peserta didik yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Guru juga kurang memperhatikan perbedaan individual pada diri peserta didik. Mereka kurang menyadari bahwa antara siswa yang satu dengan siswa yang lain itu berbeda, tidak dapat disamakan antara yang satu dengan yang lainnya. Guru menyampaikan materi pelajaran masih cenderung verbalisme dan konvensional dengan metode dan media yang sama dalam setiap pertemuan. Bahkan guru jarang menggunakan media pembelajaran.
Begitupun dalam pembelajaran tentang denah, yang dalam kurikulum KTSP sekarang ini ada dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPS. Dalam pembelajaran tentang materi denah, tidak ada media lain yang disediakan dan digunakan guru atau siswa selain buku atau LKS. Dengan demikian peserta didik menjadi jenuh dan bosan dengan proses pembelajaran tentang denah ini. Akhirnya pembelajaran pun hanya sekedar formalitas pendidikan semata, tanpa ada hasil yang memuaskan. Sebagian siswa menganggap kegiatan pembelajaran di kelas sebagai beban atau hanya semata-mata kewajiban yang harus mereka kerjakan sebagai wujud patuh terhadap orang tua. Di sekolah, mereka tidak mengerti apa yang telah  mereka pelajari, apa yang harus mereka maknai, dan apa yang mereka peroleh sepulang dari sekolah. Peserta didik tidak menemukan kesadaran secara penuh akan kedudukannya sebagai seorang siswa yang harus menuntut ilmu guna masa depannya. Saat mengerjakan soal atau tugas dari sekolah mereka lakukan dengan setengah hati bahkan ada yang harus dipaksa terlebih dahulu agar mau mengerjakannya.
Peristiwa yang menonjol adalah siswa kurang berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, kurang mempunyai inisiatif dan kontribusi baik secara intelektual maupun emosional. Selain itu siswa juga jarang mengemukakan pendapat, mereka kurang kritis dan terlalu pasif dalam menanggapi suatu materi yang disampaikan oleh guru. Jika ditanya apakah mereka ingin mengajukan pertanyaan, jawaban mereka selalu saja tidak atau diam saja. Diam yang mereka lakukan bermakna ganda, ada yang diam karena memang benar-benar sudah jelas dan ada juga yang diam karena dia tidak tahu apa yang harus ia tanyakan dan apa yang ia pahami. Hal yang demikian tentunya mempengaruhi prestasi belajar dari siswa tersebut.
Sebagaimana tersebut di atas, bahwa keberhasilan pembelajaran, termasuk pembelajaran tentang materi denah, dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah media. Peran media dalam pembelajaran adalah sangat penting. Gagne (Haryanto dkk, 2003) mengatakan bahwa media merupakan berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar. Sedangkan Haryanto dkk berpendapat bahwa(2003) media pem,belajaran adalah sarana pembelajaran yang digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik (1994) yang menyatakan bahwa dengan penggunaan alat bantu berupa media komunikasi, hubungan komunikasi akan dapat berjalan dengan lancar dan dengan hasil yang maksimal. Bruner (Suprihadi Saputro, dkk. 2000) mengungkapkan bahwa ada tiga tingkatan utama modus belajar, yaitu enactive, iconic, dan symbolic. Dalam proses pembelajaran, guru hendaknya mengusahakan variasi aktivitas yang melibatkan semua alat indera. Semakin banyak alat indera yang terlibat untuk menerima dan mengolah informasi isi pembelajaran, semakin besar kemungkinan isi pembelajaran dapat dimengerti dan dipertahankan dalam ingatan siswa.
Untuk menghadapi permasalahan yang demikian, guru harus mampu membelajarkan setiap materi pelajaran dengan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran yang menggunakan berbagai sumber pembelajaran dan tidak sekedar menyampaikan informasi kepada siswa. Mengkreasikan pembelajaran agar menjadi bermakna bagi siswa, menuntut siswa agar selalu aktif dalam pembelajaran, dan tidak membiarkan siswa bermalas-malasan dalam mengikuti pembelajaran. Abruscato dan DeRosa (2010:43) menyatakan bahwa, You should understand that the point of your science experiences with children is to foster discovery learning. ... You must also be firm in your conviction that discovery learning does not happen by accident. It must be clearly guided by you. Agar siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, siswa perlu memiliki sikap positif terhadap unsur-unsur yang membangun proses pembelajaran, baik proses maupun isi (Martin et.al.,2005:12). Oleh karena itu guru harus mampu membangun sikap positif siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan, yang salah satunya yaitu dengan menyediakan media pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa sekaligus memaknakan belajar siswa serta menyenangkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu adanya media pembelajaran yang dapat merangsang keaktifan siswa dan menyampaikan ilmu pengetahuan dan keterampilan siswa terhadap materi pelajaran yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, kami berupaya untuk menginovasi sebuah media pembelajaran yang berbasis lingkungan yang dikemas dalam bentuk permainan. Media ini kami beri nama “ MEDIA DENAH CERIA”. Dengan media ini keaktivan dan motivasi siswa untuk belajar tentang denah dapat dibangun. Siswa tertarik untuk belajar denah karena belajar dilakukan sambil bermain.
Akhirnya kami berharap dengan media ini kami harapkan dapat mengatasi berbagai bentuk permasalahan yang banyak dijumpai di sekolah-sekolah berkenaan dengan pembelajaran tentang materi denah di kelas, khususnya tentang medianya.

B.     Landasan Teori
Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan.  Pembangunan yang diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumberdaya manusia yang berkualitas tidak bisa dilepaskan dari pendidikan, karena untuk membentuk manusia yang berkualitas diperlukan pendidikan yang berkualitas juga. Oleh karena itu, pendidikan selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu, baik perubahan dari kurikulumnya, strategi dan model pendidikan, atau metode pendidikannya.
Udin Syaefudin Sa’ud (2009: 12) mengatakan bahwa timbulnya inovasi di dalam dunia pendidikan disebabkan oleh adanya persoalan dan tantangan yang perlu dipecahkan dengan pemikiran baru yang mendalam dan progresif. Inovasi pendidikan merupakan upaya dasar untuk memperbaiki aspek-aspek pendidikan agar lebih efektif dan efisien.
Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar  memegang peranan yang penting. Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar, dan kegiatan mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa. Oleh karena itu, adalah penting sekali  bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar siswa, agar ia dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa (Oemar Hamalik, 2008).
Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) , keterampilan (psikomotor), maupun yang menyangkut tentang nilai dan sikap (afektif) sebagai akibat interaksi dengan lingkungannya. Belajar bisa terjadi secara langsung, yaitu siswa belajar dari orang yang mengajar (guru, instruktur) dan bisa terjadi secara tidak langsung, yaitu siswa belajar dari media atau sumber belajar lain selain gurunya.
Pembelajaran di kelas dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam pembelajaran mengimplisitkan adanya dimensi proses yang terdiri dari beberapa aspek seperti tahap-tahap pembelajaran, pendekatan, strategi, taktik, metode, teknik, dan prosedur pembelajaran ( Suprihadi Saputro, dkk, 2000). Suatu metode pembelajaran tidak bisa dipisahkan dengan media. Penerapan suatu metode akan menentukan jenis media apa yang akan digunakan dalam pembelajaran. Media sebagai alat bantu yang digunakan dalam penerapan metode. Oleh karena itu peran media dalam suatu pembelajaran juga tidak kalah penting dengan peran hal lain yang menyangkut pembelajaran.Media pembelajaran sebagai salah satu penentu keberhasilan pembelajaran.
Media, berasal dari bahasa Latin, yaitu medium yang artinya perantara. Pemanfaatan media dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, meningkatkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan berpengaruh secara psikologis kepada siswa (Hamalik, 1986).
Banyak jenis media yang bisa digunakan oleh siswa untuk pembelajaran. Dari media nyata benda asli, maupun media tiruan. Dari jenis media audio, visual, maupun multi media. Cara penggunaannya ada yang dengan cara siswa ke luar kelas, atau dengan cara membawa media tersebut ke kelas. Tidak selamanya media pembelajaran bisa digunakan siswa di dalam kelas dan tidak selamanya siswa bisa ke luar kelas untuk menggunakan media. Namun seorang guru harus tetap berupaya agar siswa bisa menggunakan media, mengingat peran media yang begitu besar dalam keberhasilan belajar siswanya.  Di sinilah peran media rancangan diperlukan. Media rancangan dibuat untuk mengantisipasi jika dalam pembelajaran siswa atau guru sulit menyedikan media asli karena faktor waktu, tempat, atau faktor ukuran media.
Di SD, ada materi pembelajarn tentang denah. Dalam kurikulum KTSP disebutkan bahwa materi tentang denah menjadi materi pelajaran baik pada kelas rendah maupun kelas tinggi. Sebagai contoh pada pembelajaran bahasa Indonesia kelas IV semester 1 dan pembelajaran bahasa Inggris kelas 6. Dalam pembelajaran materi tentang denah suatu lokasi atau tempat di SD,  selama ini hanya menggunakan media visual dua dimensi berupa gambar denah. Guru jarang membawa siswa ke objek nyata, karena faktor waktu dan biaya, atau lainnya. Pembelajaran seperti ini cenderung membosankan siswa ketika belajar denah suatu tempat, bahkan membingungkan karena penyampaian materi denah yang cenderuing verbalisme. Oleh karena itu, rancangan suatu media denah yang inovatif perlu diusahakan. Hal ini agar pembelajaran tentang denah tidak hanya monoton, selamanya berupa gambar yang sudah cukup membosankan siswa.
C. Relevansi
Dari landasan teori yang sudah diuraikan diatas, maka teori tersebut dapat mendukung rancangan inovasi yang akan kami buat, yaitu media pembelajaran. Sedangkan rancangan inovasi akan dijelaskan pada bagian berikut.

D. Rancangan Media
1.    Pengertian Media
Media denah inovasi yang kami beri nama “Denah Ceria” adalah sebuah media pembelajaran berupa alat peraga denah yang berbentuk permainan. Media denah ini digunakan pada pembelajaran baik tematik maupun mata pelajaran, yang membahas tentang denah. Media ini berfungsi sebagai penyampai isi pembelajaran, yaitu penjelasan tentang suatu denah tempat atau lokasi sekaligus sebagai ajang bermain siswa. Keaktifan siswa tidak hanya dalam bermain, tapi juga dalam berpikir untuk mengkonstruk pengetahuan sebagai isi informasi pembelajaran, yakni memahami lokasi suatu tempat. Siswa juga termotivasi untuk belajar, karena belajar dilakukan dengan bermain. Dengan demikian, dalam pembelajaran, siswa tidak hanya dioptimalkan pada aspek kognitif saja, namun siswa juga dioptimalkan dalam aspek afektif dan psikomotor.
Media denah ini terbuat dari bahan utama kertas karton untuk membuat alas denah dan bangunan rumah-rumah serta bahan tambahan lain seperti kertas warna-warni, mobil-mobilan kecil, magnet untuk menggerakkan mobil, bohlam lampu untuk hiasan taman, kabel serta baterai untuk menyalakan lampu, lem, spidol untuk memberi nama-nama tempat dan jalan, dan lainnya. Denah yang dibuat berupa replika atau diorama suatu tempat atau lokasi, dimana pada denah tersebut terdapat beberapa nama jalan, nama tempat-tempat umum seperti sekolah dan rumah sakit, perkantoran, atau rumah-rumah penduduk.  Pencarian suatu tempat dengan menggerakkan mobil-mobilan menggunakan magnet, sehingga tampak mobil berjalan sendiri mencari tempat yang dituju.
 Penggunaan media “ Denah Ceria” ini dapat diterapkan dalam pembelajaran tematik. Misalnya, dalam  mata pelajaran IPS dapat mengaitkan materi denah, dalam  mata pelajaran IPA dikaitkan dengan materi lingkungan biotik dan abiotik maupun magnet dalam  mata pelajaran matematika dapat dikaitkan materi macam-macam bangun datar, dsb. Guru juga dapat membuat/merancang media tersebut sendiri dengan mudah yang disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran di kelsnya, karena bahan yang mudah didapat dan cara pembuatannya yang sederhana.

2. Tujuan
     a. Meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran.
     b. Meningkatkan keterampilan siswa tentang denah.
                 c. Mendorong siswa untuk berfikir kritis.
                 d. Menciptakan belajar yang bermakna dan menyenangkan.
e. Menambah media dalam pembelajaran tematik.
f. Mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan  psikomotor dalam pembelajaran.

            3. Kelebihan dan kekurangan
                a. Kelebihan
                    1) Mendorong siswa aktif dalam belajar
                    2) Siswa lebih mudah memahami materi
                    3) Meningkatkan motivasi belajar
                    4) Meningkatkan keterampilan berpikir siswa
                    5) Pembelajaran lebih bermakna
6) Meningkatkan aspek afektif dan psikomotor siswa
                b. Kekurangan
                    1) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyiapkannya  
                     2)Membutuhkan lebih banyak biaya untuk membuatnya
                    3) Menuntut perawatan dalam penggunaan
      4. Cara penggunaan
a.       Bisa oleh guru atau siswa secara individu maupun kelompok.
b.      Guru menentukan nama-nama tempat, misalnya rumah sakit, sekolah, kantor pos atau lainnya, sesuai kebutuhan materi pembelajaran. Lalu menentukan juga nama-nama jalan dengan menempelkan plakat pada alas denah.
c.       Guru atau siswa lalu memperagakan pencarian lokasi suatu tempat (rumah, sekolah, kantor pos, bank, dll) dengan menjalankan mobil menggunakan magnet, lalu menyebutkan atau menunjukkan dan menjelaskan lokasi tempat tersebut.
E. Langkah-Langkah Desiminasi
1.      Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang fungsi media “ Denah Ceria “
2.      Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai cara penggunaan media “ Denah Ceria “.
3.      Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok.
4.      Dua kelompok maju secara berpasangan kemudian satu kelompok bertugas untuk membuat soal, lalu kelompok yang satu bertugas untuk menjawab soal tentang lokasi suatu tempat. Langkah ini dilaksanakan secara bergantian sehingga semua kelompok  mendapatkan kesempatan untuk praktek menemukan suatu tempat pada denah.

F. Hasil
Setelah dilaksanakan desiminasi di sekolah dengan menggunakan media “ Denah Ceria” yang berupa denah bentuk tiga dimensi anak tertarik untuk menggunakan media Denah Ceria. Desiminasi dilaksanakan dengan materi pelajaran bahasa Inggris kelas 6 dengan materi pembelajaran “Location”. Secara berkelompok siswa bertukar soal pertanyaan tentang “Location” misalnya dengan memberi pertanyaan where is the bank?  Dan kelompok lain menjawab dengan memperagakan mencari lokasi bank dengan menjalankan mobil ke arah bank, sambil menjelaskannya.
Selama proses desiminasi, siswa dan guru lain menanggapi dengan positif dan antusias terhadap rancangan media inovasi Denah Ceria ini. Dengan adanya media “ Denah Ceria “ kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa bisa secara langsung mempraktekkan sendiri mencari suatu lokasi. Siswa juga lebih mudash untuk menjelaskan letask lokasi suatu tempat. Dengan mempraktekkan secara langsung siswa menjadi lebih aktif dan termotivasi untuk belajar tentang denah, yang selama ini cenderung membosankan dan membuat kesulitan karena hanya menggunakan media gambar dua dimensi dengan penjelasan guru yang verbalisme.
Dengan demikian pembelajaran tidak sekedar dalam aspek kognitif saja,tetapi menyangkut  aspek afektif dan psikomotor siswa. Dari aspek kognitif, siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Sedangkan dari segi afektif, siswa dapat membudayakan antri dan bersabar dalam menggunakan media secara bergantian dengan siswa lain. Dari segi psikomotorik, siswa dapat menggerakan anggota tubuh serta pikiran dalam menggunakan media tersebut. Dengan digunakannya media tersebut, siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, mempunyai inisiatif dan kontribusi baik secara intelektual maupun emosional. Selain itu siswa berani mengemukakan pendapat, mereka kritis dan aktif dalam menanggapi suatu materi yang disampaikan oleh guru. Pada waktu mempraktekan media “Denah Ceria“  di MI Al Fatah Desa Tirip Kecamatan Wadaslintang Kabupaten Wonosobo Provinsi Jawa Tengah,  guru merasa tertarik pada media tersebut. Guru memberikan respon yang positif dan membangun terhadap penggunaan dan bahan media yang digynakan.  Dengan demikian, media “Denah Ceria“  layak digunakan di SD namun perlu adanya pengembangan lebih lanjut.
Disamping itu, desiminasi juga dilaksanakan di blog website, jejaring sosial, facebook, twitter, blackberry massanger, sosialisasi ke mahasiswa, sekolah lain. Hal ini dilakukan agar media “Denah Ceria” dapat dikenal dan bermanfaat dalam dunia pendidikan khususnya pada pembelajaran materi tentang denah di Sekolah Dasar.

G. Penutup dan Kesimpulan
Inovasi pendidikan merupakan upaya dasar untuk memperbaiki aspek-aspek pendidikan agar lebih efektif dan efisien. Media sebagai alat bantu yang digunakan dalam penerapan metode memiliki peran yang tidak kalah penting sebagai salah satu penentu keberhasilan pembelajaran.
Tidak selamanya media pembelajaran bisa digunakan siswa di dalam kelas dan tidak selamanya siswa bisa ke luar kelas untuk menggunakan media. Namun seorang guru harus tetap berupaya agar siswa bisa menggunakan media, mengingat peran media yang begitu besar dalam keberhasilan belajar siswanya.
Oleh karena itu media rancangan diperlukan. Media rancangan dibuat untuk mengantisipasi jika dalam pembelajaran siswa atau guru sulit menyedikan media asli karena faktor waktu, tempat, atau faktor ukuran media.
Dalam pembelajaran materi tentang denah suatu lokasi atau tempat di SD,  selama ini hanya menggunakan media visual dua dimensi berupa gambar denah. Pembelajaran seperti ini cenderung membosankan siswa ketika belajar denah suatu tempat, bahkan membingungkan karena penyampaian materi denah yang cenderuing verbalisme. Inovasi “Denah Ceria” yang berupa alat peraga denah yang berbentuk permainan dapat sebagai solusi terhadap permasalahan media denah ini. Media Denah Ceria disamping berfungsi sebagai penyampai isi pembelajaran, yaitu penjelasan tentang denah juga sebagai ajang bermain siswa. Keaktifan siswa tidak hanya dalam bermain, tapi juga dalam berpikir untuk mengkonstruk pengetahuan sebagai isi informasi pembelajaran, yakni memahami lokasi suatu tempat. Siswa juga termotivasi untuk belajar, karena belajar dilakukan dengan bermain. Siswa tidak hanya dioptimalkan pada aspek kognitif saja, namun siswa juga dioptimalkan dalam aspek afektif dan psikomotor.

Ni foto saat desiminasi
 





















DAFTAR PUSTAKA

Arif S Sadiman dkk, 2009. Media Pendidikan. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA

Oemar Hamalik. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Sinar Grafika

Suprihadi Saputro, dkk. 2000. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Depdiknas UN Malang FIP

Udin Syaefudin Sa’ud. 2009. Inovasi Pendidikan. Bandung : Alfabeta